6 bulan sudah Ria terbaring di tempat tidurnya. Aku selalu bacain novel-novel buat dia, meskipun aku tau dia koma, tapi aku yakin dia bisa denger semua. Aku selalu berharap dia sadar. Pagi ini aku sengaja datang lebih awal, aku pengen nemenin Ria lebih lama karena ini hari libur. Tiba-tiba ada yang buka pintu kamar "Eh Tio, sudah lama Ko.. Maaf mama kira kamu belum datang" Sapa mama Ria.
"Ya ma, kemarin Tio cuman sebentar nemenin Ria, jadi Tio sudah kangen lagi" sesaat hening "Tio mama tau apa yang kamu rasain, pasti gak beda jauh dengan mama. Mama merasa adalah mama yangpaling bodoh karena gak bisa seperti Ria harapkan."
"Mama, Ria pasti bisa mengerti itu semua ma, mama bekerja untuk Ria juga".
"Tio, sampai kapan kamu mau nunggui Ria, kalau kamu ada teman cewek yang lain, mama rasa Ria gak apa-apa, asal kamu selalu ingat Ria".
"Ma, aku gak mau buat Ria kecewa. Aku sayang Ria ma".
"Mama tahu ko, tapi kamu juga tahu kan kondisi Ria semakin melemah, Dokter bilang sudah gak ada jalan lagi selain berdoa"
Aku hanya terdiam, serba salah memang. Aku deket sama teman cewek kantor, dia tahu keadaanku sekarang, aku cerita semua masalahku ke dia. Dan dia selalu merespon baik curhatanku.
Hari terus berlalu aku semakin sibuk dengan kerjaan, itu berarti aku semakin dekat dengan Via teman kantorku. Bahkan sekarang aku gak bisa tiap hari kerumah Ria. Aku cuman manusia biasa yang mudah terpengaruh dengan dunia luar. Aku semakin jarang ke tempat Ria. Bahkan aku sampai lupa kalau aku punya pacar yang sangat butuh banget aku.
Tanggal 01 april aku dapat kabar kalau Ria mulai gerakin jarinya, dan dia di bawa ke rumah sakit. Aku bingung sementara aku lagi di luar kota. Aku gak mungkin ninggalin Via sendiri ngurus kerjaan kantor. Disisi lain Ria pasti butuhin aku.
Tanggal 02 pagi aku dapat kabar dari bibi kalau Ria sudah sadar. Tepat saat aku mau balik ke batam. Tapi sampai batam waktu berkata lain. Lagi-lagi aku di panggil atasan ku untuk menerima reward dan pasti sampai malam. Teman-teman pasti mintak untuk di traktir. Via bawa handpone ku sampai aku sendiri lupa sama Ria.
Jam 21:30 aku baru inget dan aku langsung ke rumah sakit dan aku cari kamar tempat Ria di rawat. Aku kaget banget waktu liat ternyata Ria gak di rawat di kamar VIP. Dia di rawat sama pasien leukimia lain. Sementara bibi ketiduran di kursi depan.
Untuk kesekian kalinya aku netesin air mata. Aku liat Ria dari luar jendela, Ria liatin pasien lain yang lagi di suapin dan di jagain anggota keluarga mereka, sementara dia sendirian dan berusaha ambil air minum di meja, aku baru sadar tenyata mama Ria pergi keluar kota lagi.
Aku bergegas masuk kamar, aku ambilin botol minumnya terus aku cium pipinya. Ria tersenyum dan terlihat bahagianya dia melihat aku datang "Tio" kata itu yang dia ucap dengan pelan. Dia masih lemas dan berusaha balas genggaman tanganku.
"Sayang maafin aku ya, aku sayang kamu" sambil aku ciumin tangannya.
Ria hanya membalas dengan senyuman.
Air mata telur mengarir dari sudut matanya. Aku cuman berharap dia bisa kembali seperti dulu. Aku pengen dia bisa jagain aku di saat aku sakit, aku pengen ada yang ingetin aku ibadah lagi, aku pengen ada yang anterin aku makanan pas aku di kantor. Aku kangen kamu Ria. Tangis ku dalam hati.
"Sayang? Kamu istirahat ya. Aku janji jagain kamu disini"
Ria cuman senyum dan anggukin kepalanya.
Beberapa menit kemudian dia tertidur, dan tangannya masih aku genggam.
Jam 22:56 hp ku bunyi ada pesan "Tio Via kecelakaan, dia butuh lo kesini sekarang di RSBK"
Aku panik aku gak tega ninggalin Ria, apalagi wajah Ria pucat. "Tuhan cobaan apa ini". pelan-pelan aku lepas genggaman tangan Ria, terasa kuat Ria genggam tangan ku dalam keadaan lemah. Aku cium keningnya dan bisikin di telinganya "Tunggu aku ya sayang, aku gak lama. I LOVE YOU"
Jam 23:00 aku sampai di RSBK. Aku cari kamar yang sudah di infoin dari temanku. Terlihat Via terbaring dengan luka di kepalanya. Dia cuman nangis dan gak ngijinin aku pergi. "Tio, kamu disini ya. Aku butuh kamu. Aku takut sendiri, teman-teman sudah pada pulang. Gak ada salahnya aku disini dulu. Via disini pendatang jadi gak ada sanak saudara, Ria juga masih tidur dan ada bibi yang jaga.
00:00 hp ku berbunyi tapi di matiin sama Via katanya pesan dari operator. Aku istirahat duduk di sebelah Via.
Jam 05:00 dini hari perasaanku gak enak, aku liat Via sudah tidur, aku ambil hp di tangannya. Terasa jatungku berhenti berdetak waktu aku tahu ternyata bunyi hp tadi karena alarm, alarm ulang tahun Ria. Alarm itu berisi rekaman suara kami, yang kami buat tahun lalu.
"Selamat ulang tahun Ria sayang. Semoga Tuhan memberimu umur panjang, dan selalu bisa jagain aku sampai tua"
"Amin. Makasih ya sayang kita sudah janji akan selalu menjaga dan menyayangi. Saat kamu ulang tahun aku harus jadi orang pertama yang ucapin, dan begitu juga sebaliknya" Jawab Ria.
"Kita akan selalu bersama sayang, aku janji bakal kumpulin keluarga kita di ulang tahun mu yang ke 21"
Kosong pikiranku. Aku lari keluar rumah sakit dan langsung ke rumah sakit tempat Ria di rawat. Tapi dia gak ada di tempat tidurnya. Badanku lemes "Den Tio, Non Ria sudah gak ada disini. Tadi jam 03:00 non bangun minta di antar supir ke pantai. Dan non gak mau ditemanin den".
Pantai gak jauh dari rumah sakit tempat dia di rawat 10 menit aku sampai di pantai.
Aku liat Ria duduk di kursi roda menghadap matahari terbit.
Perlahan aku deketin dia. Aku peluk dia dari belakang, aku ucapin "Happy birthday ya sayang" terasa air mata jatuh di tanganku. Badanya dingin. Lalu aku berlutut di depannya mukanya tertunduk tertutup rambut. Aku tuntun wajahnya untuk menghadap dan menatap wajahku. Terlihat wajah dan bibir memucat dan hidungnya keluar darah segar, air mata menetes di pipinya serta mata yang tertutup. "Tuhan, hukum aku.. Ria gak salah Tuhan.. Dia bidadariku Tuhan!!" Aku berteriak sekuat tenaga saat aku tahu Ria sudah gak bernafas lagi.
Aku dorong kursi rodanya menuju mobil dengan berlinang air mata penyesalan. Pukul 11:00 semua keluarga Ria sudah berkumpul untuk menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya termasuk mama dan papanya yang cuman bisa memandang kepergian putri tunggal mereka untuk yang terakhir kalinya.
12:00 jenazah Ria di makamkan. "Sayang semua ini hanya sementara tapi aku gak nyangka kamu pergi secepat ini, aku berdosa karena sudah sia-siain kamu sayang, seorang bidadari di titipkan Tuhan untukku tapi aku gak bisa menjagamu. Aku sudah nepatin janjiku sayang. Keluargamu dan keluargaku sudah berkumpul disini untuk mengantarmu. Selamat jalan sayang. Tunggu aku di surga".
Keesokan harinya aku baru sadar. Kecelakaan Via cuman hanya rekayasa karena gak pengen aku nemuin Ria, untuk yang ke 2 kalinya aku tertipu sama cewek dan aku sadar di saat bidadariku tertidur untuk selamanya.
"Dear diary.. Ginjalku bukan tak berguna untuk ku. Tapi karena orang yang aku sayangi lebih membutuhkannya. Senyumnya adalah nafas untuk ku. Disaat aku tertidur nanti. Aku ingin dia dan orang tuaku yang pertama kali aku lihat. Aku gak tahu harus mengeluh ke siapa. Cuman dengan coretan kertas aku ini aku bisa bercerita. Andaikan aku terlahir kembali aku tetap memilih bersama mereka karena aku tahu sebenarnya mereka menyayangiku. Hanya saja mungkin mereka masih mencari waktu untuk membahagiakanku."
Tulisan ini terakhir di catat dalam diary.
Meskipun kamu pergi untuk selamanya tapi kamu akan selalu hidup di hatiku sayang.
Kesimpulan yang dapat kita ambil di cerita ini adalah:
"Jaga dan sayangi orang yang menyayangimu jangan pernah meninggalkannya hanya untuk orang yang kamu sukai. Karena cepat atau lambat orang yang kamu sukai akan meninggalkanmu demi orang yang dia cintai.
Lakukan yang terbaik untuk orang yang menyukaimu sebelum dia tertidur untuk selamanya"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar