6 bulan sudah Ria terbaring di tempat tidurnya. Aku selalu bacain novel-novel buat dia, meskipun aku tau dia koma, tapi aku yakin dia bisa denger semua. Aku selalu berharap dia sadar. Pagi ini aku sengaja datang lebih awal, aku pengen nemenin Ria lebih lama karena ini hari libur. Tiba-tiba ada yang buka pintu kamar "Eh Tio, sudah lama Ko.. Maaf mama kira kamu belum datang" Sapa mama Ria.
"Ya ma, kemarin Tio cuman sebentar nemenin Ria, jadi Tio sudah kangen lagi" sesaat hening "Tio mama tau apa yang kamu rasain, pasti gak beda jauh dengan mama. Mama merasa adalah mama yangpaling bodoh karena gak bisa seperti Ria harapkan."
"Mama, Ria pasti bisa mengerti itu semua ma, mama bekerja untuk Ria juga".
"Tio, sampai kapan kamu mau nunggui Ria, kalau kamu ada teman cewek yang lain, mama rasa Ria gak apa-apa, asal kamu selalu ingat Ria".
"Ma, aku gak mau buat Ria kecewa. Aku sayang Ria ma".
"Mama tahu ko, tapi kamu juga tahu kan kondisi Ria semakin melemah, Dokter bilang sudah gak ada jalan lagi selain berdoa"
Aku hanya terdiam, serba salah memang. Aku deket sama teman cewek kantor, dia tahu keadaanku sekarang, aku cerita semua masalahku ke dia. Dan dia selalu merespon baik curhatanku.
Hari terus berlalu aku semakin sibuk dengan kerjaan, itu berarti aku semakin dekat dengan Via teman kantorku. Bahkan sekarang aku gak bisa tiap hari kerumah Ria. Aku cuman manusia biasa yang mudah terpengaruh dengan dunia luar. Aku semakin jarang ke tempat Ria. Bahkan aku sampai lupa kalau aku punya pacar yang sangat butuh banget aku.
Tanggal 01 april aku dapat kabar kalau Ria mulai gerakin jarinya, dan dia di bawa ke rumah sakit. Aku bingung sementara aku lagi di luar kota. Aku gak mungkin ninggalin Via sendiri ngurus kerjaan kantor. Disisi lain Ria pasti butuhin aku.
Tanggal 02 pagi aku dapat kabar dari bibi kalau Ria sudah sadar. Tepat saat aku mau balik ke batam. Tapi sampai batam waktu berkata lain. Lagi-lagi aku di panggil atasan ku untuk menerima reward dan pasti sampai malam. Teman-teman pasti mintak untuk di traktir. Via bawa handpone ku sampai aku sendiri lupa sama Ria.
Jam 21:30 aku baru inget dan aku langsung ke rumah sakit dan aku cari kamar tempat Ria di rawat. Aku kaget banget waktu liat ternyata Ria gak di rawat di kamar VIP. Dia di rawat sama pasien leukimia lain. Sementara bibi ketiduran di kursi depan.
Untuk kesekian kalinya aku netesin air mata. Aku liat Ria dari luar jendela, Ria liatin pasien lain yang lagi di suapin dan di jagain anggota keluarga mereka, sementara dia sendirian dan berusaha ambil air minum di meja, aku baru sadar tenyata mama Ria pergi keluar kota lagi.
Aku bergegas masuk kamar, aku ambilin botol minumnya terus aku cium pipinya. Ria tersenyum dan terlihat bahagianya dia melihat aku datang "Tio" kata itu yang dia ucap dengan pelan. Dia masih lemas dan berusaha balas genggaman tanganku.
"Sayang maafin aku ya, aku sayang kamu" sambil aku ciumin tangannya.
Ria hanya membalas dengan senyuman.
Air mata telur mengarir dari sudut matanya. Aku cuman berharap dia bisa kembali seperti dulu. Aku pengen dia bisa jagain aku di saat aku sakit, aku pengen ada yang ingetin aku ibadah lagi, aku pengen ada yang anterin aku makanan pas aku di kantor. Aku kangen kamu Ria. Tangis ku dalam hati.
"Sayang? Kamu istirahat ya. Aku janji jagain kamu disini"
Ria cuman senyum dan anggukin kepalanya.
Beberapa menit kemudian dia tertidur, dan tangannya masih aku genggam.
Jam 22:56 hp ku bunyi ada pesan "Tio Via kecelakaan, dia butuh lo kesini sekarang di RSBK"
Aku panik aku gak tega ninggalin Ria, apalagi wajah Ria pucat. "Tuhan cobaan apa ini". pelan-pelan aku lepas genggaman tangan Ria, terasa kuat Ria genggam tangan ku dalam keadaan lemah. Aku cium keningnya dan bisikin di telinganya "Tunggu aku ya sayang, aku gak lama. I LOVE YOU"
Jam 23:00 aku sampai di RSBK. Aku cari kamar yang sudah di infoin dari temanku. Terlihat Via terbaring dengan luka di kepalanya. Dia cuman nangis dan gak ngijinin aku pergi. "Tio, kamu disini ya. Aku butuh kamu. Aku takut sendiri, teman-teman sudah pada pulang. Gak ada salahnya aku disini dulu. Via disini pendatang jadi gak ada sanak saudara, Ria juga masih tidur dan ada bibi yang jaga.
00:00 hp ku berbunyi tapi di matiin sama Via katanya pesan dari operator. Aku istirahat duduk di sebelah Via.
Jam 05:00 dini hari perasaanku gak enak, aku liat Via sudah tidur, aku ambil hp di tangannya. Terasa jatungku berhenti berdetak waktu aku tahu ternyata bunyi hp tadi karena alarm, alarm ulang tahun Ria. Alarm itu berisi rekaman suara kami, yang kami buat tahun lalu.
"Selamat ulang tahun Ria sayang. Semoga Tuhan memberimu umur panjang, dan selalu bisa jagain aku sampai tua"
"Amin. Makasih ya sayang kita sudah janji akan selalu menjaga dan menyayangi. Saat kamu ulang tahun aku harus jadi orang pertama yang ucapin, dan begitu juga sebaliknya" Jawab Ria.
"Kita akan selalu bersama sayang, aku janji bakal kumpulin keluarga kita di ulang tahun mu yang ke 21"
Kosong pikiranku. Aku lari keluar rumah sakit dan langsung ke rumah sakit tempat Ria di rawat. Tapi dia gak ada di tempat tidurnya. Badanku lemes "Den Tio, Non Ria sudah gak ada disini. Tadi jam 03:00 non bangun minta di antar supir ke pantai. Dan non gak mau ditemanin den".
Pantai gak jauh dari rumah sakit tempat dia di rawat 10 menit aku sampai di pantai.
Aku liat Ria duduk di kursi roda menghadap matahari terbit.
Perlahan aku deketin dia. Aku peluk dia dari belakang, aku ucapin "Happy birthday ya sayang" terasa air mata jatuh di tanganku. Badanya dingin. Lalu aku berlutut di depannya mukanya tertunduk tertutup rambut. Aku tuntun wajahnya untuk menghadap dan menatap wajahku. Terlihat wajah dan bibir memucat dan hidungnya keluar darah segar, air mata menetes di pipinya serta mata yang tertutup. "Tuhan, hukum aku.. Ria gak salah Tuhan.. Dia bidadariku Tuhan!!" Aku berteriak sekuat tenaga saat aku tahu Ria sudah gak bernafas lagi.
Aku dorong kursi rodanya menuju mobil dengan berlinang air mata penyesalan. Pukul 11:00 semua keluarga Ria sudah berkumpul untuk menghantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya termasuk mama dan papanya yang cuman bisa memandang kepergian putri tunggal mereka untuk yang terakhir kalinya.
12:00 jenazah Ria di makamkan. "Sayang semua ini hanya sementara tapi aku gak nyangka kamu pergi secepat ini, aku berdosa karena sudah sia-siain kamu sayang, seorang bidadari di titipkan Tuhan untukku tapi aku gak bisa menjagamu. Aku sudah nepatin janjiku sayang. Keluargamu dan keluargaku sudah berkumpul disini untuk mengantarmu. Selamat jalan sayang. Tunggu aku di surga".
Keesokan harinya aku baru sadar. Kecelakaan Via cuman hanya rekayasa karena gak pengen aku nemuin Ria, untuk yang ke 2 kalinya aku tertipu sama cewek dan aku sadar di saat bidadariku tertidur untuk selamanya.
"Dear diary.. Ginjalku bukan tak berguna untuk ku. Tapi karena orang yang aku sayangi lebih membutuhkannya. Senyumnya adalah nafas untuk ku. Disaat aku tertidur nanti. Aku ingin dia dan orang tuaku yang pertama kali aku lihat. Aku gak tahu harus mengeluh ke siapa. Cuman dengan coretan kertas aku ini aku bisa bercerita. Andaikan aku terlahir kembali aku tetap memilih bersama mereka karena aku tahu sebenarnya mereka menyayangiku. Hanya saja mungkin mereka masih mencari waktu untuk membahagiakanku."
Tulisan ini terakhir di catat dalam diary.
Meskipun kamu pergi untuk selamanya tapi kamu akan selalu hidup di hatiku sayang.
Kesimpulan yang dapat kita ambil di cerita ini adalah:
"Jaga dan sayangi orang yang menyayangimu jangan pernah meninggalkannya hanya untuk orang yang kamu sukai. Karena cepat atau lambat orang yang kamu sukai akan meninggalkanmu demi orang yang dia cintai.
Lakukan yang terbaik untuk orang yang menyukaimu sebelum dia tertidur untuk selamanya"
Kumpulan Cerita Pendek
24 April 2016
23 April 2016
1 Jam Saja
Ini tentang Dia. Tentang seseorang yang membuat waktu Lisa tersita dengan perlahan. Lisa tak pernah ingin meminta kepada Tuhan untuk menyegerakan waktu itu cepat berakhir. Karena Lisa ingin menikmati waktu yang sederhana ini, dan untuk menikmati kebahagiaan yang ada di dalam kesederhanaan itu.
Untuk Dia yang sejak lama membuat waktu Lisa lebih banyak tersimpan di dalam paragrafnya. Kata terima kasih untuk tuhan mungkin letih terdengar oleh siapapun dari Lisa, lebih dari ribuan, jutaan, bahkan milyaran. Tapi semoga bagi Tuhan tak seperti itu. Kata terima kasih yang terucap untuk Tuhan yang telah menghadirkan Dia sejak dulu untuk Lisa.
Untuk Dia yang juga telah lama membuat Lisa selalu tersenyum aneh yang sering terlihat oleh siapapun, bukan tanpa alasan, Dia membuat Lisa merasa Tuhan memang kuasa, selalu memberikan kekuatan di dalam ketidak sanggupannya, dan selalu memberinya hal-hal yang membuat Lisa tersenyum dan melupakan sejenak kepedihan dan keletihan hatinya. Dan Dia adalah keajaiban itu.
Senyumnya mampu membuat Lisa kagum kepada Tuhan, Tuhan menyimpan kepada Dia senyum seindah itu.
Ketika sang surya mulai menampakan dirinya, hal yang di inginkan Lisa adalah menemukan dan merasakan hari yang seperti hari-hari sebelumnya, merasakan waktu yang sebenarnya tak terlihat nyata. Tapi ketika dia mulai menyadari semua itu, ternyata Tuhan hanya membuat 1 waktu terjadi dan tak bisa terulang kembali.
Saat surya mula memberikan kesempatan kepada bulan dan bintang untuk menemani langit di malam hari yang mulai gelap gulita, dia kembali menyadari bahwa keindahan yang telah terlewati detik lalu adalah sebuah kenangan yang akan menjadi saksi, saksi bahwa dia pernah ada di waktu itu.
Lisa menemukan seseorang seperti Dia di waktunya yang selalu tak terasa setiap berlalunya. Menemukan Dia di sebuah kenyataan yang terlihat oleh mata. Pandangannya membuat Lisa sempat diam terpaku.
-
Tapi saat semua itu berlalu, Tuhan mengirimkannya satu kesakitan yang lebih sakit dari apapun. Tuhan memberi Dia cobaan. Tuhan menyimpan satu penyakit di dalam tubuhnya dan membuat waktunya sedikit demi sedikit berkurang. Semenjak hari itu dia memiliki rasa takut dari rasa takut yang lain. Dia takut ketika tak akan pernah ada lagi yang mengingatnya saat dia telah hilang dari pandangan. Setiap saat dia berdoa kepada Tuhan agar memberikan dirinya waktu lagi.
"1 jam saja Tuhan..!" Ungkapnya.
Untuk benar-benar merasakan waktu yang akan beda dia rasakan lagi di tempat barunya nanti. Melihat matahari terbenam, matahari terbit, melihat bintang serius bersinar terang di atasnya, melihat Dia, melihat semua malaikat tak bersayap miliknya bahagua, duduk bersama pangeran impiannya, duduk bersama siapapun yang menyayanginya, dan bersama siapapun yang membencinya dan meminta dua keinginan yang sangat berharga baginya yaitu "jangan pernah lupakan aku dan tetaplah bahagia".
Dan waktunya hampir tiba.
Waktunya untuk meninggalkan semua hal, dan rasa yang masih bisa kita rasakan. Sebelumya itu, saat senja di akhir bulan januari menghilang dia masih sempat mengiringi senja yang akan pulang ke peraduaannya duduk di bangku taman yang rapuh, sama sepertinya. Di antara angin yang berlarian untuk bercerita kepada telinga pendengar bahwa Lisa akan segera tak terlihat lagi. Saat itu aku hanya bisa menghitung waktu, mendengarkannya, memandanginya. Dia duduk di bangku yang rapuh, di hujani oleh daun-daun yang kering yang rapuh pula, memegang sebuah gitar cantik berwarna biru kebahagiaan dan mengucapkan pinta hatinya yang menandakan bahwa dia tak ingin pergi.
'Jangan berakhir..'
'Aku tak ingin berakhir..'
'1 jam saja, ku ingin diam berdua mengenang yang pernah ada..'
'Jangan berakhir..'
'Karena esok takkan lagi..'
'1 jam saja, hingga ku rasa bahagia mengakhiri segalanya..'
'Tapi kini tak mungkin lagi..'
'Jangan berakhir..'
'Aku tak ingin berakhir..'
'1 jam saja, izinkan aku merasa..'
'Rasa itu pernah ada..'
(Lala Karnela - 1 jam saja)
Dan di akhir bulan Januari.
Dia benar-benar tak terlihat lagi hingga saat ini.
Lisa pergi, menyimpan banyak cerita bermakna di dalam ingatanku.
Menyimpan sejuta kekuatan dalam kisahnya.
Dan meskipun 1 jam permintaan terakhirnya tak cukup baginya.
"Semoga kau tenang di tempat yang berbeda"
Untuk Dia yang sejak lama membuat waktu Lisa lebih banyak tersimpan di dalam paragrafnya. Kata terima kasih untuk tuhan mungkin letih terdengar oleh siapapun dari Lisa, lebih dari ribuan, jutaan, bahkan milyaran. Tapi semoga bagi Tuhan tak seperti itu. Kata terima kasih yang terucap untuk Tuhan yang telah menghadirkan Dia sejak dulu untuk Lisa.
Untuk Dia yang juga telah lama membuat Lisa selalu tersenyum aneh yang sering terlihat oleh siapapun, bukan tanpa alasan, Dia membuat Lisa merasa Tuhan memang kuasa, selalu memberikan kekuatan di dalam ketidak sanggupannya, dan selalu memberinya hal-hal yang membuat Lisa tersenyum dan melupakan sejenak kepedihan dan keletihan hatinya. Dan Dia adalah keajaiban itu.
Senyumnya mampu membuat Lisa kagum kepada Tuhan, Tuhan menyimpan kepada Dia senyum seindah itu.
Ketika sang surya mulai menampakan dirinya, hal yang di inginkan Lisa adalah menemukan dan merasakan hari yang seperti hari-hari sebelumnya, merasakan waktu yang sebenarnya tak terlihat nyata. Tapi ketika dia mulai menyadari semua itu, ternyata Tuhan hanya membuat 1 waktu terjadi dan tak bisa terulang kembali.
Saat surya mula memberikan kesempatan kepada bulan dan bintang untuk menemani langit di malam hari yang mulai gelap gulita, dia kembali menyadari bahwa keindahan yang telah terlewati detik lalu adalah sebuah kenangan yang akan menjadi saksi, saksi bahwa dia pernah ada di waktu itu.
Lisa menemukan seseorang seperti Dia di waktunya yang selalu tak terasa setiap berlalunya. Menemukan Dia di sebuah kenyataan yang terlihat oleh mata. Pandangannya membuat Lisa sempat diam terpaku.
-
Tapi saat semua itu berlalu, Tuhan mengirimkannya satu kesakitan yang lebih sakit dari apapun. Tuhan memberi Dia cobaan. Tuhan menyimpan satu penyakit di dalam tubuhnya dan membuat waktunya sedikit demi sedikit berkurang. Semenjak hari itu dia memiliki rasa takut dari rasa takut yang lain. Dia takut ketika tak akan pernah ada lagi yang mengingatnya saat dia telah hilang dari pandangan. Setiap saat dia berdoa kepada Tuhan agar memberikan dirinya waktu lagi.
"1 jam saja Tuhan..!" Ungkapnya.
Untuk benar-benar merasakan waktu yang akan beda dia rasakan lagi di tempat barunya nanti. Melihat matahari terbenam, matahari terbit, melihat bintang serius bersinar terang di atasnya, melihat Dia, melihat semua malaikat tak bersayap miliknya bahagua, duduk bersama pangeran impiannya, duduk bersama siapapun yang menyayanginya, dan bersama siapapun yang membencinya dan meminta dua keinginan yang sangat berharga baginya yaitu "jangan pernah lupakan aku dan tetaplah bahagia".
Dan waktunya hampir tiba.
Waktunya untuk meninggalkan semua hal, dan rasa yang masih bisa kita rasakan. Sebelumya itu, saat senja di akhir bulan januari menghilang dia masih sempat mengiringi senja yang akan pulang ke peraduaannya duduk di bangku taman yang rapuh, sama sepertinya. Di antara angin yang berlarian untuk bercerita kepada telinga pendengar bahwa Lisa akan segera tak terlihat lagi. Saat itu aku hanya bisa menghitung waktu, mendengarkannya, memandanginya. Dia duduk di bangku yang rapuh, di hujani oleh daun-daun yang kering yang rapuh pula, memegang sebuah gitar cantik berwarna biru kebahagiaan dan mengucapkan pinta hatinya yang menandakan bahwa dia tak ingin pergi.
'Jangan berakhir..'
'Aku tak ingin berakhir..'
'1 jam saja, ku ingin diam berdua mengenang yang pernah ada..'
'Jangan berakhir..'
'Karena esok takkan lagi..'
'1 jam saja, hingga ku rasa bahagia mengakhiri segalanya..'
'Tapi kini tak mungkin lagi..'
'Jangan berakhir..'
'Aku tak ingin berakhir..'
'1 jam saja, izinkan aku merasa..'
'Rasa itu pernah ada..'
(Lala Karnela - 1 jam saja)
Dan di akhir bulan Januari.
Dia benar-benar tak terlihat lagi hingga saat ini.
Lisa pergi, menyimpan banyak cerita bermakna di dalam ingatanku.
Menyimpan sejuta kekuatan dalam kisahnya.
Dan meskipun 1 jam permintaan terakhirnya tak cukup baginya.
"Semoga kau tenang di tempat yang berbeda"
18 April 2016
Kecewa
Seperti judulnya saja kecewa, aku benar-benar kecewa saat kamu meninggalkanku. Aku selalu berfikir sampai saat ini, apa salahku? Mengapa kamu tega meninggalkanku? Aku sungguh tak menyangka! Dulu kamu bilang sayang padaku, kamu tak ingin melihatku sedih apalgi terluka. Tapi apa buktinya? Apa? Buktinya kamu yang membuat aku terluka! Sungguh aku kecewa, kamu mempermainkanku dan aku disini selalu memikirkanmu, selalu meyayangimu dengan tulus dan selalu mengerti keadaanmu.
Tapi apa, kamu meninggalkan aku disini tanpa memperdulikan aku disini. Kecewa! Perasaan ini tak menaruh rasa sayang lagi, yang ada hanya rasa benci! Aku juga tahu kok, kamu meninggalkanku karena ada wanita lain kan? Sungguh tega.
Kamu bilang "Maaf ya mungkin hubungan kita sampai disini, aku terlalu sibuk dengan hal motor dan aku tidak pernah membawa handpone saat berpergian, jadi aku tidak pernah mengabarimu, maaf ya"
Lalu aku menjawab "Baiklah jika itu adalah keputusanmu"
Dia menjawab lagi "Maaf ya, jangan marah"
Aku pun menjawabnya kembali "Iya, santai aja kali"
Tapi kenyataan yang sebenarnya alasan dia meninggalkanku adalah wanita lain, aku tau hal itu karena aku sendiri yang melihatnya dia jalan dengan wanita lain setelah memutuskanku. "Sungguh tega dia memperlakukanku seperti ini" Bisik di dalam hatiku. Dan aku pun menangis dan selalu berkata "Aku masih mencintaimu kemarin dan tadi. Tapi sekarang saat kenyataan telah membuatku sadar, aku mulai ingin membencimu dan aku menyesal karena telah mencintai orang yang salah".
Hati akan merasa peka saat kita terluka dan dikecewakan apalagi oleh orang yang kita sayangi, namun hanya air mata yang mampu mengungkapkan kesedihan itu.
Tapi apa, kamu meninggalkan aku disini tanpa memperdulikan aku disini. Kecewa! Perasaan ini tak menaruh rasa sayang lagi, yang ada hanya rasa benci! Aku juga tahu kok, kamu meninggalkanku karena ada wanita lain kan? Sungguh tega.
Kamu bilang "Maaf ya mungkin hubungan kita sampai disini, aku terlalu sibuk dengan hal motor dan aku tidak pernah membawa handpone saat berpergian, jadi aku tidak pernah mengabarimu, maaf ya"
Lalu aku menjawab "Baiklah jika itu adalah keputusanmu"
Dia menjawab lagi "Maaf ya, jangan marah"
Aku pun menjawabnya kembali "Iya, santai aja kali"
Tapi kenyataan yang sebenarnya alasan dia meninggalkanku adalah wanita lain, aku tau hal itu karena aku sendiri yang melihatnya dia jalan dengan wanita lain setelah memutuskanku. "Sungguh tega dia memperlakukanku seperti ini" Bisik di dalam hatiku. Dan aku pun menangis dan selalu berkata "Aku masih mencintaimu kemarin dan tadi. Tapi sekarang saat kenyataan telah membuatku sadar, aku mulai ingin membencimu dan aku menyesal karena telah mencintai orang yang salah".
Hati akan merasa peka saat kita terluka dan dikecewakan apalagi oleh orang yang kita sayangi, namun hanya air mata yang mampu mengungkapkan kesedihan itu.
16 April 2016
Air Mata Penyesalan Part 1
Namaku Tio, aku kuliah disalah satu Universitas di Batam. Dan aku punya pacar namanya Ria. Selama ini aku sempatin waktu ketemu Ria meskipun hanya sebentar saja. Kami sebenarnya satu kampus. Tapi karena aku masuk shift pagi sedangkan dia shift malem jadi sedikit waktunya untuk ketemu, apalagi kami kuliah sambil kerja. Tapi kami saling mengerti satu sama lain. Karena aku kadang kuliah pagi, jadi aku punya banyak temen-teman cewek. Kadang juga aku sering keluar dengan mereka tanpa sepengetahuan Ria. Sampai akhirnya aku ketahuan sama dia kalau kemarin aku nemenin temen cewek-cewek itu jalan. Dia marah beras dan gak nghubungin. aku nyesel banget, karena aku cinta banget ke Ria. Dan untuk kesekian kalinya dia maafin aku.
Tapi gak tahu kenapa, aku lama kelamaan jadi suka bohong sama dia. Aku keluar sama temen-temen cewek tanpa sepengetahuan dia. Dan hubungan kami makin jauh dia berusaha cari diriku, nanya kabarku, tapi aku selalu cuek karena kemakan omongan-omongan temenku.
Sampai suatu hari aku sakit, dan aku masuk ke rumah sakit hampir selama 2 minggu. Kata dokter aku butuh pendonor ginjal buat ku. Aku memang sudah lama sakit dan sebelumnya Ria yang selalu nemenin diriku. Tapi kali ini justru Mia temanku yang nemenin aku di rumah sakit. Dia ngasih perhatian penuh pada diriku. Dan aku gak ngerti kemana Ria, kenapa dia gak ada disini ketika aku sakit. Apa dia masih marah karena aku cuek dan masa bodoh sama dia.
Di minggu pertama aku sempat nanya ke Mia "Mia, Ria ada datang ke sini gak?" Tapi Mia jawab "Gak ada, mungkin dia sudah lupa sama kamu. Kan sudah ada aku disini, jadi apa yang kamu butuhin tinggal bilang saja ke aku." Sebenarnya dalam hatiku, aku kangen dia, aku kangen perhatiaannya, aku kangen senyumnya, aku kangen candanya. Sementara kondisi ku semakin melemah, belum ada pendonor ginjal buat ku. Tapi kenapa Ria gak peduli sama sekali.
Jam 14:00 sore dokter masuk ruanganku, "Sore mas Tio, ada kabar gembira. Kami sudah mendapatkan ginjal yang cocok untuk mas Tio." Samar-samar aku dengar suara itu karena kondisi ku yang lemah. "Besok pagi kita akan operasi setelah administrasinya di selesaikan" Kata dokter. Mia tersenyum dan menjawab "Makasih dok, saya akan segera menyelesaikan semua supaya Tio bisa cepat sembuh."
Keesokan harinya. Jam 08:45 aku sudah siap masuk ke ruangan operasi, aku berharap Ria datang dan peluk aku. Tapi sepertinya sia-sia. Ria gak pernah datang sampai operasi selesai. Operasi ku berjalan dengan lancar, tapi gak tahu kenapa Ria selalu ada di pikiranku, padahal dia gak peduli sama keadaanku.
Di minggu kedua terakhir aku di rumah sakit. "Liat Tio, siapa yang di sebelah sana" Sambil menunjukan ke aras seorang cewek, dan ternyata itu adalah Ria, Ria bersama dengan seorang cowok namanya Dika. Aku kenal Dika, tapi tak sekenal Ria ke Dika. Dika pegang lengan Ria dan membukakan pintu mobil buat Ria. "Kamu liat kan gimana mesranya mereka? Apa kau masih mau mikirin cewek itu." Tanya Mia.
Aku berfikir sejenak. Mia benar, Ria sudah ngelupaian aku.
Selama aku sakit Mia terus nemenin aku, dia benar-benar perhatian terhadapku. Sampai akhirnya hubungan kami menjadi cinta. Dan orangtua kami meminta agar kami cepat melanjutkan kepelaminan. Keputusan itu membuat aku berfikir sejenak, apa aku benar-benar cinta sama Mia?
2 bulan berlalu aku gak pernah ketemu lagi sama Ria, dan aku sama Mia sudah menyetujui pertunangan kami. Mia menyiapkan undangan-undangan untuk acara pertunangan kami. "Sayang kamu jangan lupa undang Ria, sama temen-temen kampus" Kata Mia. Aku kaget denger itu, apalagi dia minta buat kita berdua yang harus nganter undangan itu.
Keesokan harinya aku dan Mia kerumah Ria. "Siang den Tio, ada apa? Aden sudah lama gak pernah kemari den? Ada apa?" Bik imah menyapa ku. "Lagi persiapan pertunangan bik, oh iya Ria mana?" Sahut Mia. "Anu, anu non Ria lagi istrahat, gak bisa di ganggu" Bik imah jawab dengan nada ketakutan. "Sayang banget padahal kami kesini mau anter undangan pernikahan kami!" Jawab Mia dengan nada tinggi berharap Ria mendengarnya. "Ya sudah kami pergi dulu salam buat Ria". "Iya den.." Bik imah seperti kecewa padaku. Aku gak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tinggal dua hari lagi pertunangan kami, semua sudah disiapin, dari cincing, dekorasi, catering, baju, gedung. Semua tingga menunggu hari itu datang. Tapi tiba-tiba aku kangen Ria, biasanya aku telpon dia setiap menit, dia selalu bilang I Love You setiap satu jam sekali, dia selalu ingetin aku makan, dia selalu ingatkan aku untuk ibadah, tapi sekarang semua berubah 160 derajat. Mia selalu marah kalau aku sering telpon, tiap aku bilang I Love You di tempat umum dia selalu malu, apalagi buat ibadah.
Tinggal satu hari lagi menjelang pertunangan ku. Aku ketemu teman-teman kampus dan nanyain kabar Ria, tapi mereka bilang Ria gak pernah masuk kuliah semejak hubunganya mulai renggang dengan ku, ada juga yang bilang Ria sakit. Aku khuatir, dia broken home, orangtuanya sibuk sendiri dan 4 bulan sekali baru pulang, kadang sampai 7 bulan kadang juga lebih. Akhirnya aku mutusin buat main ke rumahnya, tapi lagi-lagi bibi melarangku untuk ketemu Ria. "Maaf den, non Ria gak mau di ganggu" Aku penasaran sebenarnya ada apa yang di sembunyiin bik imah dariku.
"Bik, saya mau ketemu Ria untuk yang terakhir saja kalau memang dia gak mau ketemu saya, saya cuman mau minta penjelasan dia, kenapa dia menghilang begitu saja." Aku maksa masuk kamar Ria yang ternyata di kunci. Aku panggil nama Ria berulang kali tapi gak ada jawaban. Akhirnya aku dobrak pintu kamarnya. Air mataku menetes begitu saja melihat Ria terbaring di tempat tidurnya, aku melihat jarum infus di lengannya, selang-selang di lubang hidung dan mulutnya. Aku mendekat ke tempat tidurnya, aku pegang tangannya yang dingin, aku sudah tidak bisa berkata apapun.
Tiba-tiba terdengar suara "Mau apa lo kesini, belum puas lo sakitin dia? Belum puas atas pengorbanan dia buat lo?" Teriak Dika. "Apa maksud lo? Dia yang tiba-tiba menghilang, dia yang gak pernah berusaha buat temuin gue" Emosiku keluar denger kata-kata Dika. "Asal lo tau, selama lo gak sadar di rumah sakit, selama lo sakit, dia minta gue buat anter keadaan lo dari jauh, karena cewek lo gak izinin buat dia ketemu sama lo. Bahkan dia juga yang donorin ginjalnya buat lo! Sekarang lo masih bisa bilang begitu?" Jantungku terasa berhenti ketika denger kata-kata itu, "Waktu loh ninggalin dia, dia juga dalam keadaan sakit leukimia, tapi dokter bilang ke dia kalau ginjalnya masih bisa di donorin. Dia rela lakuin itu buat lo! Dia cinta sama lo makanya dia gak takut mati demi liat lo tersenyum. Karena selama ini cuman lo yang dekat sama dia, orangtuanya juga gak tahu kalau anaknya sedang koma disini! Itu atas kemauan Ria, Ria gak mau kalau orang-orang yang dia cintai tahu kalau dia lemah! Puas lo? Sekarang lo ambil handsed di telinga Ria lo dengerin" Perlahan aku ngambil handsed itu dan aku denger, ternyata itu suara aku saat telepon dia tiap malam sebelum dia tidur, dia rekam semua pembicaraan kami. Air mataku gak bisa tertahan lagi. Orang yang dulu selalu ada buatku, orang yang dulu selalu buat aku tersenyum, orang yang dari dulu selalu ngasih motivasi buatku, sekarang tertidur berbulan-bulan tanpa mendapat perhatian dari orang-orang tercintanya.
"Oh, jadi cewek pengacau sedang sekarat? Sudahlah sayang, ngapain kamu mikirin cewek kaya mayat hidup? Cabut 1 selang juga pasti langsung mati!" Ucap Mia. Tiba-tiba aku liat air mata menetes dari sudut mata Ria "Cukup Mia, asal lo tahu! Gue gak cinta sama lo, lo cuman mau harta gue, lo gak tulus cinta sama gue! Sekarang gue minta lo keluar dan jangan pernah ganggu hidup gue lagi, kita gak akan pernah tunangan, apalagi menikah!" Mia keluar dengan marah-marah.
Sejak saat itu aku mutusin buat selalu jaga Ria, aku bakal nunggu sampai Ria sadar dan aku janji gak ada yang bisa gantiin dia dihatiku. Aku berharap dia sadar dan kami bisa melanjutkan hubungan kami.
Bersembung...
Tapi gak tahu kenapa, aku lama kelamaan jadi suka bohong sama dia. Aku keluar sama temen-temen cewek tanpa sepengetahuan dia. Dan hubungan kami makin jauh dia berusaha cari diriku, nanya kabarku, tapi aku selalu cuek karena kemakan omongan-omongan temenku.
Sampai suatu hari aku sakit, dan aku masuk ke rumah sakit hampir selama 2 minggu. Kata dokter aku butuh pendonor ginjal buat ku. Aku memang sudah lama sakit dan sebelumnya Ria yang selalu nemenin diriku. Tapi kali ini justru Mia temanku yang nemenin aku di rumah sakit. Dia ngasih perhatian penuh pada diriku. Dan aku gak ngerti kemana Ria, kenapa dia gak ada disini ketika aku sakit. Apa dia masih marah karena aku cuek dan masa bodoh sama dia.
Di minggu pertama aku sempat nanya ke Mia "Mia, Ria ada datang ke sini gak?" Tapi Mia jawab "Gak ada, mungkin dia sudah lupa sama kamu. Kan sudah ada aku disini, jadi apa yang kamu butuhin tinggal bilang saja ke aku." Sebenarnya dalam hatiku, aku kangen dia, aku kangen perhatiaannya, aku kangen senyumnya, aku kangen candanya. Sementara kondisi ku semakin melemah, belum ada pendonor ginjal buat ku. Tapi kenapa Ria gak peduli sama sekali.
Jam 14:00 sore dokter masuk ruanganku, "Sore mas Tio, ada kabar gembira. Kami sudah mendapatkan ginjal yang cocok untuk mas Tio." Samar-samar aku dengar suara itu karena kondisi ku yang lemah. "Besok pagi kita akan operasi setelah administrasinya di selesaikan" Kata dokter. Mia tersenyum dan menjawab "Makasih dok, saya akan segera menyelesaikan semua supaya Tio bisa cepat sembuh."
Keesokan harinya. Jam 08:45 aku sudah siap masuk ke ruangan operasi, aku berharap Ria datang dan peluk aku. Tapi sepertinya sia-sia. Ria gak pernah datang sampai operasi selesai. Operasi ku berjalan dengan lancar, tapi gak tahu kenapa Ria selalu ada di pikiranku, padahal dia gak peduli sama keadaanku.
Di minggu kedua terakhir aku di rumah sakit. "Liat Tio, siapa yang di sebelah sana" Sambil menunjukan ke aras seorang cewek, dan ternyata itu adalah Ria, Ria bersama dengan seorang cowok namanya Dika. Aku kenal Dika, tapi tak sekenal Ria ke Dika. Dika pegang lengan Ria dan membukakan pintu mobil buat Ria. "Kamu liat kan gimana mesranya mereka? Apa kau masih mau mikirin cewek itu." Tanya Mia.
Aku berfikir sejenak. Mia benar, Ria sudah ngelupaian aku.
Selama aku sakit Mia terus nemenin aku, dia benar-benar perhatian terhadapku. Sampai akhirnya hubungan kami menjadi cinta. Dan orangtua kami meminta agar kami cepat melanjutkan kepelaminan. Keputusan itu membuat aku berfikir sejenak, apa aku benar-benar cinta sama Mia?
2 bulan berlalu aku gak pernah ketemu lagi sama Ria, dan aku sama Mia sudah menyetujui pertunangan kami. Mia menyiapkan undangan-undangan untuk acara pertunangan kami. "Sayang kamu jangan lupa undang Ria, sama temen-temen kampus" Kata Mia. Aku kaget denger itu, apalagi dia minta buat kita berdua yang harus nganter undangan itu.
Keesokan harinya aku dan Mia kerumah Ria. "Siang den Tio, ada apa? Aden sudah lama gak pernah kemari den? Ada apa?" Bik imah menyapa ku. "Lagi persiapan pertunangan bik, oh iya Ria mana?" Sahut Mia. "Anu, anu non Ria lagi istrahat, gak bisa di ganggu" Bik imah jawab dengan nada ketakutan. "Sayang banget padahal kami kesini mau anter undangan pernikahan kami!" Jawab Mia dengan nada tinggi berharap Ria mendengarnya. "Ya sudah kami pergi dulu salam buat Ria". "Iya den.." Bik imah seperti kecewa padaku. Aku gak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tinggal dua hari lagi pertunangan kami, semua sudah disiapin, dari cincing, dekorasi, catering, baju, gedung. Semua tingga menunggu hari itu datang. Tapi tiba-tiba aku kangen Ria, biasanya aku telpon dia setiap menit, dia selalu bilang I Love You setiap satu jam sekali, dia selalu ingetin aku makan, dia selalu ingatkan aku untuk ibadah, tapi sekarang semua berubah 160 derajat. Mia selalu marah kalau aku sering telpon, tiap aku bilang I Love You di tempat umum dia selalu malu, apalagi buat ibadah.
Tinggal satu hari lagi menjelang pertunangan ku. Aku ketemu teman-teman kampus dan nanyain kabar Ria, tapi mereka bilang Ria gak pernah masuk kuliah semejak hubunganya mulai renggang dengan ku, ada juga yang bilang Ria sakit. Aku khuatir, dia broken home, orangtuanya sibuk sendiri dan 4 bulan sekali baru pulang, kadang sampai 7 bulan kadang juga lebih. Akhirnya aku mutusin buat main ke rumahnya, tapi lagi-lagi bibi melarangku untuk ketemu Ria. "Maaf den, non Ria gak mau di ganggu" Aku penasaran sebenarnya ada apa yang di sembunyiin bik imah dariku.
"Bik, saya mau ketemu Ria untuk yang terakhir saja kalau memang dia gak mau ketemu saya, saya cuman mau minta penjelasan dia, kenapa dia menghilang begitu saja." Aku maksa masuk kamar Ria yang ternyata di kunci. Aku panggil nama Ria berulang kali tapi gak ada jawaban. Akhirnya aku dobrak pintu kamarnya. Air mataku menetes begitu saja melihat Ria terbaring di tempat tidurnya, aku melihat jarum infus di lengannya, selang-selang di lubang hidung dan mulutnya. Aku mendekat ke tempat tidurnya, aku pegang tangannya yang dingin, aku sudah tidak bisa berkata apapun.
Tiba-tiba terdengar suara "Mau apa lo kesini, belum puas lo sakitin dia? Belum puas atas pengorbanan dia buat lo?" Teriak Dika. "Apa maksud lo? Dia yang tiba-tiba menghilang, dia yang gak pernah berusaha buat temuin gue" Emosiku keluar denger kata-kata Dika. "Asal lo tau, selama lo gak sadar di rumah sakit, selama lo sakit, dia minta gue buat anter keadaan lo dari jauh, karena cewek lo gak izinin buat dia ketemu sama lo. Bahkan dia juga yang donorin ginjalnya buat lo! Sekarang lo masih bisa bilang begitu?" Jantungku terasa berhenti ketika denger kata-kata itu, "Waktu loh ninggalin dia, dia juga dalam keadaan sakit leukimia, tapi dokter bilang ke dia kalau ginjalnya masih bisa di donorin. Dia rela lakuin itu buat lo! Dia cinta sama lo makanya dia gak takut mati demi liat lo tersenyum. Karena selama ini cuman lo yang dekat sama dia, orangtuanya juga gak tahu kalau anaknya sedang koma disini! Itu atas kemauan Ria, Ria gak mau kalau orang-orang yang dia cintai tahu kalau dia lemah! Puas lo? Sekarang lo ambil handsed di telinga Ria lo dengerin" Perlahan aku ngambil handsed itu dan aku denger, ternyata itu suara aku saat telepon dia tiap malam sebelum dia tidur, dia rekam semua pembicaraan kami. Air mataku gak bisa tertahan lagi. Orang yang dulu selalu ada buatku, orang yang dulu selalu buat aku tersenyum, orang yang dari dulu selalu ngasih motivasi buatku, sekarang tertidur berbulan-bulan tanpa mendapat perhatian dari orang-orang tercintanya.
"Oh, jadi cewek pengacau sedang sekarat? Sudahlah sayang, ngapain kamu mikirin cewek kaya mayat hidup? Cabut 1 selang juga pasti langsung mati!" Ucap Mia. Tiba-tiba aku liat air mata menetes dari sudut mata Ria "Cukup Mia, asal lo tahu! Gue gak cinta sama lo, lo cuman mau harta gue, lo gak tulus cinta sama gue! Sekarang gue minta lo keluar dan jangan pernah ganggu hidup gue lagi, kita gak akan pernah tunangan, apalagi menikah!" Mia keluar dengan marah-marah.
Sejak saat itu aku mutusin buat selalu jaga Ria, aku bakal nunggu sampai Ria sadar dan aku janji gak ada yang bisa gantiin dia dihatiku. Aku berharap dia sadar dan kami bisa melanjutkan hubungan kami.
Bersembung...
Tanggal 15 Desember
Belajar menghargai ketulusan cinta, itulah yang membawa semnagtku, untuk bangkit kembali. Meski selalu tertatih, bangkit dan terus bangkit lagi, Tuhan pasti punya cara tersendiri untuk menuntunku kepada cinta yang sesungguhnya, aku percaya itu.
Hari begitu cerah, angin berhembus lembut membawa kesejukan hati, bayang pepohonan rimbun menghampiri ketenangan jiwa. Tapi tidak untuk hati dan jiwa ku, 15 Desember. Di bawah sebuah pohon flamboyan, di taman kampus, aku tetunduk diam tanpa kata, menatap jauh ke depan, ku hirup udara sejuk angin sore waktu itu, berharap akan menemukan ketenangan, namun yang kurasa hanya sakit yang teramat sangat, setelah lama mengurung hatiku pada cinta yang terbagi, akhirnya baru kusadari betapa dalamnya cinta itu telah melukai hatiku.
15 Desember, akhir dari kisah ku dengannya, sedang awal tahun ke-4 dari kisahnya dengan yang lain. Tersenyum, ku coba mengukir sebuah senyuman di bibir, seolah aku adalah orang yang paling tegar, kuat, dan aku adalah orang yang tak akan jatuh begitu saja. Tapi, tidak. Aku akui saat ini aku benar-benar terluka. Aku terpuruk dan aku telah hancur. Tahan, aku tahan air mata ini, aku tak ingin melihat lemah lagi, aku bukan orang seperti itu. Tapi saat itu entahlah? Ku biarkan air mata ini jatuh, dan terjatuh, biarlah hatinya nanti menjadi penyesalan tak terlupakan.
Meski saat itu aku terluka, aku sakit, bahkan rasanya ingin mati, aku tak ingin menyesali keputusanku. Iya tidak akan pernah ku sesali.
Entah mana yang lebih sakit, melihat perlahan ia menuju cintanya, atau bertahan tanpa status apa-apa. Iya, aku mengikhlaskannya bersama orang lain. Hidup bahagia bersama kekasih lamanya.
Aku masih ingat ketika pertama itu, ia meminta dukungan ku untuk merelakan bersamanya, tentu saja aku menyakinkannya, betapa bodohnya jika aku tetap menahannya disini sementara hatinya untuk orang lain.
Katanya, perasaan padanya masih tetap sama, sama seperti sebelum aku datang. Selain itu, aku tak ingat lagi perkataannya. Aku terlalu sibuk mendengarkan isakan tangis di dalam hati. Hatiku menangis meraung-raung saat dia menyebut dirinya.
"Aku menyayangimu." Katanya saat itu. Aku pun demikian halnya, tapi tidak pernah ada satu orang mencintai dua orang sekaligus. Hati pun tidak bisa di isi oleh dua orang yang sangat ingin menempati.
"Kamu juga sayang dia kan?" Aku membalasnya dengan perkataan yang membuat dia diam.
Selama beberapa menit, dia diam. Matanya menatap nanar jalan yang mulai padat merayap sore. Tak lama kemudian, untuk yang kesekian kalinya, kata-kata itu kembali muncul.
"Maafkan aku"
Aku membalasnya dengan sebuah senyuman. Jujur, aku tak tahu harus berkata apa. Aku sangat ingin bersamanya, lebih lama lagi, menjadi satu-satunya sandaran ketika ia lelah. Menjadi seseorang yang kabarnya selalu ia tunggu-tunggu. Ya, aku masih ingin seperti itu. Aku masih ingat betul, dia memintaku untuk jangan pergi, tetap mendukungnya, menjadi penyemangatnya ketika ia lelah, menjadi perempuan yang sabar menghadapinya, menjadi perempuan yang selalu mengerti keadaannya. Sampai pada akhirnya dia pula yang meminta ku untuk pergi, pergi dari kisahnya, pergi dari semua peran itu, ketika waktu telah sadar, saat semua orang yang memintaku untuk mengembalikannya pada kekasihnya.
Waktu itu aku melihat raut bimbang di wajahnya. Satu sisi rasa yang ia punya pada kekasih lamanya tak pernah padam, tetapi disisi lain dia tak ingin mengecewakan ku. Aku paham betul posisinya. Berada di antara cinta pertama, dan orang asing yang baru saja membuat nyaman. Ia tahu aku mencintainya, sangat mencintainya. Meski semua itu singkat, tetapi ia pun berusaha untuk mengikhlaskan ku.
Tanggal 15 Desember
"Kenapa baru jujur sekarang?" Tanyaku menatap dalam-dalam seperti tak mau kebohongan lagi.
"Aku takut kamu terluka" Jawabnya penuh penyesalan.
Aku terdiam menikmati sakit goresannya.
"Aku tak ingin kamu pergi, maafkan aku, tapi bisakah kita tetap seperti ini?" Lanjutnya dengan penuh harap.
"Tidak, tidak lagi kak. Cinta bukan mainan kita. Kita tak mungkin terus seperti ini! Sudah jelas dia sangat menyayangimu, jangan sia-siakan orang yang menyayangimu, lupakan saja aku, aku tak mengapa. Aku yakin aku bisa merelakanmu." Kataku sekuat tenaga.
Aku berlalu pergi, meninggalkannya yang masih terjebak dalam bius kata-kataku.
Tinggalkan aku cinta, pergilah. Pergi kejar kebahagiaan mu bersamanya. Aku berharap dia dapat meredam egomu. Memanjakan mu setiap waktu. Memberikan ucapan penyemangat sebelum memulai hari. Mengerti akan sikapmu yang egois dan tidak suka di paksa. Aku ingin melepasmu dengan bahagia. Memastikan mu tidak salah dalam memilih. Karena aku telah melepaskan mu untuknya, untuk kembali pada cinta pertama mu. Insa Allah, cintaku ini tulus. Aku ikhlas menyayangimu, dan aku tidak pernah menganggapmu menyakitiku ketika memilihnya. Karena aku meyakini satu hal, cinta tidak memaksa, tidak dapat dipaksa, dan bukan keterpaksaan.
Hari begitu cerah, angin berhembus lembut membawa kesejukan hati, bayang pepohonan rimbun menghampiri ketenangan jiwa. Tapi tidak untuk hati dan jiwa ku, 15 Desember. Di bawah sebuah pohon flamboyan, di taman kampus, aku tetunduk diam tanpa kata, menatap jauh ke depan, ku hirup udara sejuk angin sore waktu itu, berharap akan menemukan ketenangan, namun yang kurasa hanya sakit yang teramat sangat, setelah lama mengurung hatiku pada cinta yang terbagi, akhirnya baru kusadari betapa dalamnya cinta itu telah melukai hatiku.
15 Desember, akhir dari kisah ku dengannya, sedang awal tahun ke-4 dari kisahnya dengan yang lain. Tersenyum, ku coba mengukir sebuah senyuman di bibir, seolah aku adalah orang yang paling tegar, kuat, dan aku adalah orang yang tak akan jatuh begitu saja. Tapi, tidak. Aku akui saat ini aku benar-benar terluka. Aku terpuruk dan aku telah hancur. Tahan, aku tahan air mata ini, aku tak ingin melihat lemah lagi, aku bukan orang seperti itu. Tapi saat itu entahlah? Ku biarkan air mata ini jatuh, dan terjatuh, biarlah hatinya nanti menjadi penyesalan tak terlupakan.
Meski saat itu aku terluka, aku sakit, bahkan rasanya ingin mati, aku tak ingin menyesali keputusanku. Iya tidak akan pernah ku sesali.
Entah mana yang lebih sakit, melihat perlahan ia menuju cintanya, atau bertahan tanpa status apa-apa. Iya, aku mengikhlaskannya bersama orang lain. Hidup bahagia bersama kekasih lamanya.
Aku masih ingat ketika pertama itu, ia meminta dukungan ku untuk merelakan bersamanya, tentu saja aku menyakinkannya, betapa bodohnya jika aku tetap menahannya disini sementara hatinya untuk orang lain.
Katanya, perasaan padanya masih tetap sama, sama seperti sebelum aku datang. Selain itu, aku tak ingat lagi perkataannya. Aku terlalu sibuk mendengarkan isakan tangis di dalam hati. Hatiku menangis meraung-raung saat dia menyebut dirinya.
"Aku menyayangimu." Katanya saat itu. Aku pun demikian halnya, tapi tidak pernah ada satu orang mencintai dua orang sekaligus. Hati pun tidak bisa di isi oleh dua orang yang sangat ingin menempati.
"Kamu juga sayang dia kan?" Aku membalasnya dengan perkataan yang membuat dia diam.
Selama beberapa menit, dia diam. Matanya menatap nanar jalan yang mulai padat merayap sore. Tak lama kemudian, untuk yang kesekian kalinya, kata-kata itu kembali muncul.
"Maafkan aku"
Aku membalasnya dengan sebuah senyuman. Jujur, aku tak tahu harus berkata apa. Aku sangat ingin bersamanya, lebih lama lagi, menjadi satu-satunya sandaran ketika ia lelah. Menjadi seseorang yang kabarnya selalu ia tunggu-tunggu. Ya, aku masih ingin seperti itu. Aku masih ingat betul, dia memintaku untuk jangan pergi, tetap mendukungnya, menjadi penyemangatnya ketika ia lelah, menjadi perempuan yang sabar menghadapinya, menjadi perempuan yang selalu mengerti keadaannya. Sampai pada akhirnya dia pula yang meminta ku untuk pergi, pergi dari kisahnya, pergi dari semua peran itu, ketika waktu telah sadar, saat semua orang yang memintaku untuk mengembalikannya pada kekasihnya.
Waktu itu aku melihat raut bimbang di wajahnya. Satu sisi rasa yang ia punya pada kekasih lamanya tak pernah padam, tetapi disisi lain dia tak ingin mengecewakan ku. Aku paham betul posisinya. Berada di antara cinta pertama, dan orang asing yang baru saja membuat nyaman. Ia tahu aku mencintainya, sangat mencintainya. Meski semua itu singkat, tetapi ia pun berusaha untuk mengikhlaskan ku.
Tanggal 15 Desember
"Kenapa baru jujur sekarang?" Tanyaku menatap dalam-dalam seperti tak mau kebohongan lagi.
"Aku takut kamu terluka" Jawabnya penuh penyesalan.
Aku terdiam menikmati sakit goresannya.
"Aku tak ingin kamu pergi, maafkan aku, tapi bisakah kita tetap seperti ini?" Lanjutnya dengan penuh harap.
"Tidak, tidak lagi kak. Cinta bukan mainan kita. Kita tak mungkin terus seperti ini! Sudah jelas dia sangat menyayangimu, jangan sia-siakan orang yang menyayangimu, lupakan saja aku, aku tak mengapa. Aku yakin aku bisa merelakanmu." Kataku sekuat tenaga.
Aku berlalu pergi, meninggalkannya yang masih terjebak dalam bius kata-kataku.
Tinggalkan aku cinta, pergilah. Pergi kejar kebahagiaan mu bersamanya. Aku berharap dia dapat meredam egomu. Memanjakan mu setiap waktu. Memberikan ucapan penyemangat sebelum memulai hari. Mengerti akan sikapmu yang egois dan tidak suka di paksa. Aku ingin melepasmu dengan bahagia. Memastikan mu tidak salah dalam memilih. Karena aku telah melepaskan mu untuknya, untuk kembali pada cinta pertama mu. Insa Allah, cintaku ini tulus. Aku ikhlas menyayangimu, dan aku tidak pernah menganggapmu menyakitiku ketika memilihnya. Karena aku meyakini satu hal, cinta tidak memaksa, tidak dapat dipaksa, dan bukan keterpaksaan.
15 April 2016
1 Cinta Diantara 3 Pilihan
Memilih adalah salah satu hal yang paling sulit untuk aku lakukan. Aku mencintainya, dia, dan dirinya. Aku merasa jika aku terlalu serakah apabila aku tidak bisa memilih satu di antara mereka bertiga. "Cukup! Aku tidak bisa jika aku harus seperti ini, aku harus bisa memilih satu di antara mereka bertiga." Bisik hatiku yang terus menegur dengan kalimat seperti itu.
"Hai bebi, How are you today? How was your day? I miss you alot! Less than one months i will go to there" Pesan teks dari Andi. Andi adalan pacarku yang saat ini kita menjalani dengan long distance relationship dari Brunei dan Indonesia. Aku merasa bahagia mendapat pesan teks seperti itu. Wajar selama 6 bulan kita tidak bertemu dan akhirnya dia datang untuk menemuiku.
Tiba-tiba aku serentak bingung dengan hubunganku yang lain yaitu dengan Tomi dan Tio. Tomi adalah lelaki Indonesia yang kuliah di Jepang dan Tio adalah lelaki Indonesia rekan kerja di kantor ku. Aku tidak peduli dan mengabaikan kekhuatiran ku tentang pacar ku yang akan datang ke Indonesia, toh ini masih lama juga.
Malam minggu pun tiba, aku mendapatkan pesan teks dari Tomi yang baru pulang dari Jepang tadi pagi "Yank, aku pulang nih pagi tadi, nanti malam ada acara gak? Aku main ke rumah ya?" Dia tiba di rumah, kita mengobrol, bercanda, dan sampai kita tidak merasakan bahwa jam sudah menunjukan pukul 21:50 WIB dan akhirnya dia pun berpamitan untuk pulang ke rumah. Tomi dan Andi tidak mengetahui tentang hal ini dan begitu juga sebaliknya, semua masih dalam keadaan rahasia.
Pada hari kamis saat jam istirahat kerja, Tio mengajak ku untuk menonton bareng. Aku sangat enjoy melewati hari dengannya, Tio itu adalah orang yang baik, penyayang, perhatian, sabar, dan selalu mengerti aku. Sedangkan Tomi lebih kekanak-kanakan sifatnya. Aku merasa bahwa benih-benih cinta dari Tio mulai tumbuh di hatiku dan itu membuat ku menjadi lebih bimbang dan pikiran ku mulai mengacau kepada Tio. Entah mengapa aku tidak pernah memikirkan Andi meskipun dia adalah pacarku. Semakin hari aku merasa hubungan ku dengan Tio dan Tomi semakin dekat.
Namun, disisi lain pada akhirnya pun aku tidak akan bisa memiliki salah satu di antara mereka berdua karena aku telah memiliki Andi yang saat ini memang kekasihku sesungguhnya. "Kamu itu PHP banget sih jadi manusia, mending sekarang kamu lebih baik ninggalin mereka berdua, kamu kan sudah punya Andi! Apa kamu gak takut sama yang namanya karma? Ingat hukum karma masih berlaku di hidup ini!" Tegur sahabat ku Ayu dengan muka yang menatap ku dengan serius. "Aku harus bagaimana? Aku sayang mereka berdua dan itu sebabnya aku gak bisa ninggalin mereka." Jawab ku dengan nada sedih. "Tapi kasihan mereka, dan itu sama saja kamu nyakitin mereka berdua!" Tegur Ayu lagi. Aku hanya terdiam memikirkan ucapan Ayu tadi.
Hari demi hari aku terus memikirkan hal itu, aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Aku tidak ingin menyakiti hati mereka berdua, namun aku juga tidak mau kehilangan mereka. Dengan perlahan apa yang aku pikirkan pun mulai menghilang dengan sendirinya dan aku masih tetap berhubungan dengan Tomi dan Tio. Sekarang Tomi sudah kembali ke Jepang untuk melanjutkan kuliahnya dan hanya tinggalah aku dan Tio disini. Aku merasa semakin dekat dengan Tio bahkan kita sering keluar bareng.
Di malam minggu ini kita berencana untuk pergi ke suatu mall untuk dinner bersama. Rasanya sangat bahagia menjalani hari bersamanya dan itu membuat aku akan semain susah untuk melepasnya. Akan tetapi, aku harus jujur dengannya tentang semua ini, karena aku tak ingin menyakiti lebih dalam lagi. "Tomi, maaf ya sebelumnya aku bingung harus memulai omongan dari mana? Aku takut ini menjadi salah paham dan ini membuatmu kecewa" Ucapku kepada Tio. "Ngomong saja sayang, aku tidak apa-apa. Aku tidak akan marah atau kecewa sekalipun. Aku sudah terlanjur sayang banget sama kamu." Jawab Tio dengan nada halus dan penyayang itu. Aku tertegun mendengar perkataannya dan mulai memberanikan diriku untuk lebih jujur. "Maaf ya sayang, sebenarnya aku gak bisa ngelanjutin hubungan ini terlalu jauh, aku sayang banget sama kamu, tapi aku sudah punya pacar dan aku gak bisa ninggalin dia juga." Dengan nada yang halus Tio pun menjawab "Jadi selama ini kamu PHPin aku dong? Hmm, ya sudah kamu jangan sedih ya ini bukan salahmu kok, ini salah ku kenapa aku gak pernah nanyain kamu apakah kamu sudah punya pacar apa belum? Dan sekarang mendingan kita jadi sahabat aja ya! Aku gak mau jadi orang yang merusak hubungan orang lain tapi aku percaya kok, kalau kita memang berjodoh pasti akan kembali lagi. Aku sayang kamu." Tanpa sadar aku meneteskan air mataku saat aku mendengar ucapan Tio. "Mengapa aku bisa menyakiti orang sebaik dia, mengapa aku tega melakukan semua ini" Kata hatiku kembali menggumam kalimat seperti itu. Namun semua tidak berakhir, Tio masih tetap berkomunikasi denganku walaupun dia sudah mengetahui semuanya. Aku merasa sangat bersalah kepadanya, Aku begitu kejam menyia-nyiakannya. Aku ingin dia bisa meninggalkan ku dan cepat move on sehingga aku mulai membatasi apabila dia terlalu sering mengontak ku.
Sedikit lebih lega rasanya setelah berkata jujur kepada Tio. Dan sekarang yang menjadi beban dipikiran ku adalah Tomi. Aku kesulitan untuk berkata yang sejujurnya karena aku tahu jika dia bukan orang yang dewasa dan susah untuk menerima pendapat dari orang lain. Dan akhirnya, aku tetap menjalani hubungan dengan Tomi. Hari pun cepat berlalu kurang dari seminggu lagi Andi akan datang ke Indonesia untuk menemuiku. "Bebi, I'm really happy. Less that one week i will meet you" Pesan teks dari Andi. Aku semakin bingung dengan keadaanku yang terjempit ini, aku tetap menjalani ini semua dengan hati yang tidak tenang.
Hari demi hari berlalu, dan akhirnya tepat pada waktunya. Hari Minggu pukul 15:00 WIB Andi pun tiba di Indonesia. Aku menjemputnya di Airport dan segera membawanya ke rumah untuk bertemu dengan orangtua ku. Kita bersantai bersama di rumah, bercerita dan bercanda. Tak ku sangka tiba-tiba datang sebuah mobil, dia adalah Tomi dengan membawa serangkai bunga mawar yang indah hendak diberikan untukku. Lalu keadaan berubah menjadi canggung karena disitu juga ada Andi. "Jadi selama ini kamu telah dengannya, mengapa kamu tidak pernah memberitahuku tentang hal ini? Kamu jahat banget. Maaf sudah ganggu waktu kalian. Have Fun!" Kata Tomi dengan nada marah dan mebuang serangkai bunga mawar yang indah itu. Aku kelagapan dengan situasi ini, tiba-tiba Andi mendatangiku dan berkata "Who is he? Is he your second boyfriend? What the hell with this, I think you are nice girl but i was closed! You are a Liar!". Hancur semua sudah kisah cinta ku.
Aku menyesal dengan perbuatanku yang bodoh ini, aku sangat menyesal. Berawal karena aku mengharapkan yang terbaik tetapi semua malah berbalik sehingga aku kehilangan semua orang yang aku sayangi. Inilah hidup, apabila ada orang yang sangat mencintaimu sayangilah dia, hargai cinta yang telah ia berikan untukmu. Jangan kau sia-siakan selagi ia masih di sampingmu.
"Hai bebi, How are you today? How was your day? I miss you alot! Less than one months i will go to there" Pesan teks dari Andi. Andi adalan pacarku yang saat ini kita menjalani dengan long distance relationship dari Brunei dan Indonesia. Aku merasa bahagia mendapat pesan teks seperti itu. Wajar selama 6 bulan kita tidak bertemu dan akhirnya dia datang untuk menemuiku.
Tiba-tiba aku serentak bingung dengan hubunganku yang lain yaitu dengan Tomi dan Tio. Tomi adalah lelaki Indonesia yang kuliah di Jepang dan Tio adalah lelaki Indonesia rekan kerja di kantor ku. Aku tidak peduli dan mengabaikan kekhuatiran ku tentang pacar ku yang akan datang ke Indonesia, toh ini masih lama juga.
Malam minggu pun tiba, aku mendapatkan pesan teks dari Tomi yang baru pulang dari Jepang tadi pagi "Yank, aku pulang nih pagi tadi, nanti malam ada acara gak? Aku main ke rumah ya?" Dia tiba di rumah, kita mengobrol, bercanda, dan sampai kita tidak merasakan bahwa jam sudah menunjukan pukul 21:50 WIB dan akhirnya dia pun berpamitan untuk pulang ke rumah. Tomi dan Andi tidak mengetahui tentang hal ini dan begitu juga sebaliknya, semua masih dalam keadaan rahasia.
Pada hari kamis saat jam istirahat kerja, Tio mengajak ku untuk menonton bareng. Aku sangat enjoy melewati hari dengannya, Tio itu adalah orang yang baik, penyayang, perhatian, sabar, dan selalu mengerti aku. Sedangkan Tomi lebih kekanak-kanakan sifatnya. Aku merasa bahwa benih-benih cinta dari Tio mulai tumbuh di hatiku dan itu membuat ku menjadi lebih bimbang dan pikiran ku mulai mengacau kepada Tio. Entah mengapa aku tidak pernah memikirkan Andi meskipun dia adalah pacarku. Semakin hari aku merasa hubungan ku dengan Tio dan Tomi semakin dekat.
Namun, disisi lain pada akhirnya pun aku tidak akan bisa memiliki salah satu di antara mereka berdua karena aku telah memiliki Andi yang saat ini memang kekasihku sesungguhnya. "Kamu itu PHP banget sih jadi manusia, mending sekarang kamu lebih baik ninggalin mereka berdua, kamu kan sudah punya Andi! Apa kamu gak takut sama yang namanya karma? Ingat hukum karma masih berlaku di hidup ini!" Tegur sahabat ku Ayu dengan muka yang menatap ku dengan serius. "Aku harus bagaimana? Aku sayang mereka berdua dan itu sebabnya aku gak bisa ninggalin mereka." Jawab ku dengan nada sedih. "Tapi kasihan mereka, dan itu sama saja kamu nyakitin mereka berdua!" Tegur Ayu lagi. Aku hanya terdiam memikirkan ucapan Ayu tadi.
Hari demi hari aku terus memikirkan hal itu, aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Aku tidak ingin menyakiti hati mereka berdua, namun aku juga tidak mau kehilangan mereka. Dengan perlahan apa yang aku pikirkan pun mulai menghilang dengan sendirinya dan aku masih tetap berhubungan dengan Tomi dan Tio. Sekarang Tomi sudah kembali ke Jepang untuk melanjutkan kuliahnya dan hanya tinggalah aku dan Tio disini. Aku merasa semakin dekat dengan Tio bahkan kita sering keluar bareng.
Di malam minggu ini kita berencana untuk pergi ke suatu mall untuk dinner bersama. Rasanya sangat bahagia menjalani hari bersamanya dan itu membuat aku akan semain susah untuk melepasnya. Akan tetapi, aku harus jujur dengannya tentang semua ini, karena aku tak ingin menyakiti lebih dalam lagi. "Tomi, maaf ya sebelumnya aku bingung harus memulai omongan dari mana? Aku takut ini menjadi salah paham dan ini membuatmu kecewa" Ucapku kepada Tio. "Ngomong saja sayang, aku tidak apa-apa. Aku tidak akan marah atau kecewa sekalipun. Aku sudah terlanjur sayang banget sama kamu." Jawab Tio dengan nada halus dan penyayang itu. Aku tertegun mendengar perkataannya dan mulai memberanikan diriku untuk lebih jujur. "Maaf ya sayang, sebenarnya aku gak bisa ngelanjutin hubungan ini terlalu jauh, aku sayang banget sama kamu, tapi aku sudah punya pacar dan aku gak bisa ninggalin dia juga." Dengan nada yang halus Tio pun menjawab "Jadi selama ini kamu PHPin aku dong? Hmm, ya sudah kamu jangan sedih ya ini bukan salahmu kok, ini salah ku kenapa aku gak pernah nanyain kamu apakah kamu sudah punya pacar apa belum? Dan sekarang mendingan kita jadi sahabat aja ya! Aku gak mau jadi orang yang merusak hubungan orang lain tapi aku percaya kok, kalau kita memang berjodoh pasti akan kembali lagi. Aku sayang kamu." Tanpa sadar aku meneteskan air mataku saat aku mendengar ucapan Tio. "Mengapa aku bisa menyakiti orang sebaik dia, mengapa aku tega melakukan semua ini" Kata hatiku kembali menggumam kalimat seperti itu. Namun semua tidak berakhir, Tio masih tetap berkomunikasi denganku walaupun dia sudah mengetahui semuanya. Aku merasa sangat bersalah kepadanya, Aku begitu kejam menyia-nyiakannya. Aku ingin dia bisa meninggalkan ku dan cepat move on sehingga aku mulai membatasi apabila dia terlalu sering mengontak ku.
Sedikit lebih lega rasanya setelah berkata jujur kepada Tio. Dan sekarang yang menjadi beban dipikiran ku adalah Tomi. Aku kesulitan untuk berkata yang sejujurnya karena aku tahu jika dia bukan orang yang dewasa dan susah untuk menerima pendapat dari orang lain. Dan akhirnya, aku tetap menjalani hubungan dengan Tomi. Hari pun cepat berlalu kurang dari seminggu lagi Andi akan datang ke Indonesia untuk menemuiku. "Bebi, I'm really happy. Less that one week i will meet you" Pesan teks dari Andi. Aku semakin bingung dengan keadaanku yang terjempit ini, aku tetap menjalani ini semua dengan hati yang tidak tenang.
Hari demi hari berlalu, dan akhirnya tepat pada waktunya. Hari Minggu pukul 15:00 WIB Andi pun tiba di Indonesia. Aku menjemputnya di Airport dan segera membawanya ke rumah untuk bertemu dengan orangtua ku. Kita bersantai bersama di rumah, bercerita dan bercanda. Tak ku sangka tiba-tiba datang sebuah mobil, dia adalah Tomi dengan membawa serangkai bunga mawar yang indah hendak diberikan untukku. Lalu keadaan berubah menjadi canggung karena disitu juga ada Andi. "Jadi selama ini kamu telah dengannya, mengapa kamu tidak pernah memberitahuku tentang hal ini? Kamu jahat banget. Maaf sudah ganggu waktu kalian. Have Fun!" Kata Tomi dengan nada marah dan mebuang serangkai bunga mawar yang indah itu. Aku kelagapan dengan situasi ini, tiba-tiba Andi mendatangiku dan berkata "Who is he? Is he your second boyfriend? What the hell with this, I think you are nice girl but i was closed! You are a Liar!". Hancur semua sudah kisah cinta ku.
Aku menyesal dengan perbuatanku yang bodoh ini, aku sangat menyesal. Berawal karena aku mengharapkan yang terbaik tetapi semua malah berbalik sehingga aku kehilangan semua orang yang aku sayangi. Inilah hidup, apabila ada orang yang sangat mencintaimu sayangilah dia, hargai cinta yang telah ia berikan untukmu. Jangan kau sia-siakan selagi ia masih di sampingmu.
Hujan

"Hai, kamu kok mainan air hujan? Nanti sakit loh." Tanyaku dengan ramah. Dia tak menjawab perkataan ku hanya ada senyuman kecil yang mengembang di bibirnya.
"Aku boleh duduk gak sambil nemenin kamu?" Tanya ku lagi sambil menunjuk tempat di sebelahnya.
"Boleh saja." Balasnya sambil melihat ke langit penuh tetesan air.
"Kok kamu malah mainan air hujan, nanti kalau kamu sakit gimana? Orangtua kamu mesti cemas." Tanya ku sambil melihat wajahnya yang tertutup kerudung putih itu.
"Kamu tahu gak, hujan ini mengingatkan aku sama orang yang aku sayang. Kami biasanya hujan-hujanan sambil tertawa ria, tapi semua itu telah sirna. Dia pergi bersama orang lain, hatiku terasa sakit dan air mataku yang menetes ini rasanya dingin. Oh ya kenalkan namaku Dila." Ucap Dila sambil meneteskan air mata dan senyum kecilnya.
"Namuku Doni, kamu gak usah sedih kaya gitu masih banyak orang yang mau sama kamu dan setia sama kamu." Hiburku dengan suara pelan dan senyum kecil, tiba-tiba dia menatap ku dalam-dalam. Hatiku rasanya tak karuan, aku membalas tatapannya dengan senyuman, tiba-tiba dia menarik ku ke tengah lapangan yang sedang terkena hujan. Baju ku basah semua, tapi aku merasa hal yang berbeda. Hatiku merasa aku sudah kenal dekat dengannya. Kami bermain air hujan sambil tertawa ria dan tidak peduli dengan apapun.
Aku ingin sekali mengatakan isi hatiku padanya, dengan berani aku memegang kedua tangannya, "Dila, aku tahu kita baru saja kenal dan kita baru ketemu saat hujan turun tapi hati langsung mengatakan bahwa kamu orang yang pantas di hatiku. Kamulah cinta pertama ku, maukah kamu jadi pacar ku?" Ucapku dengan nada suara yang sedikit pelan sambil memegang tangannya yang dingin karena terkena hujan.
"Mmm.. Gimana ya, tapi kamu setia gak sama aku?" Balas Dila sambil tersenyum.
"Ya iyalah, kamu orang pertama yang buat aku sebahagia ini." Jawabku dengan menatap Dila.
"Mm.. Iya deh aku mau jadi pacar kamu." Ucap Dila.
Aku pun memeluk Dila erat-erat dan sejak itu kami sering bersama, suka maupun duka kami alami bersama dan hujan inilah yang mempertemukan kami.
Langganan:
Postingan (Atom)